Ihwal “Kol Buntet” dan Lailatul Qadar
Oleh: H. Asmu’i Syarkowi
(Hakim Tinggi PTA Jayapura)
Bagi umat Islam, ramadhan selalu menyisakan kenangan tersendiri. Torehan kenangan ini ternyata tidak hanya dialami oleh orang yang secara khusus berpuasa dan beramaliyah ramadhan melainkan oleh siapa saja. Tidak saja oleh orang tua, tetapi juga anak-anak. tidak saja laki-laki tetapi juga perempuan, dan tidak saja orang berada tetapi juga orang miskin. Tentu, baik kenangan negatif (buruk) maupun positif (baik). Yang negatif misalnya, ‘beteriak-teriak’ memakai toa masjid untuk membangunkan orang saur. Di hari biasa teriak-teriak dengan mikrofon dini hari, pasti akan dimarahi banyak orang. Tetapi, di bulan ramadhan, meskipun ‘mengganggu’ seperti bukan sebuah pelanggaran. Ada pula yang ‘karena ramadhan’ harus kehilangan keluarganya atau menderita cacat permanen akibat menjadi korban ledakan petasan atau mendapat musibah lain. Yang positif, misalnya bisa berbuka bersama, bertarawih, dan bertadarus. Pada bulan-bulan ramadhan, variasi makanan pun juga semakin marak, kegiatan ekonomi sekaligus perputaran uang juga meningkat akibat variasi kebutuhan yang juga meningkat. Semua aktivitas positif tersebut seolah menjadi saksi bisu tentang kebenaran ‘fatwa’ para pendakwah, bahwa ramadhan memang merupakan bulan penuh berkah.
Selengkapnya KLIK DISINI